FORINA Dukung Komunitas Hatabosi Raih Kalpataru 2020 untuk Kearifan Lokal Menjaga Habitat Orangutan
- FORINA
- 22 Jan
- 3 menit membaca

Di lereng Gunung Sibual-buali, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, terdapat komunitas adat Hatabosi yang dikenal akan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Nama Hatabosi merupakan akronim dari empat desa yang mereka huni: Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok, dan Siranap. Desa-desa ini bukan hanya terikat oleh sejarah dan silsilah keturunan marga Pasaribu dari Batak Toba, tetapi juga oleh dedikasi mereka dalam melestarikan alam yang menjadi sumber kehidupan.
Tidak hanya mewarisi adat dan budaya dari leluhur mereka, masyarakat Hatabosi juga mengemban tanggung jawab besar untuk menjaga hutan dan sumber daya air yang menopang kehidupan mereka sehari-hari. Dalam banyak hal, mereka adalah teladan bagi bagaimana komunitas lokal dapat memadukan kearifan tradisional dengan konservasi modern.
Melindungi Hutan, Melindungi Masa Depan
Keunikan Hatabosi tidak hanya terletak pada adat istiadat mereka, tetapi juga pada kepedulian mereka terhadap kelestarian lingkungan, terutama di kawasan Cagar Alam Sibual-buali, habitat bagi flora dan fauna endemik, termasuk orangutan Tapanuli yang terancam punah. Kawasan ini juga menjadi sumber air vital bagi lahan pertanian warga sekitar.
Desa Haunatas, sebagai yang tertua, telah dihuni sejak tahun 1907. Terletak sekitar 30 kilometer dari ibu kota kabupaten Sipirok, Haunatas menjadi pusat di mana leluhur Hatabosi menciptakan aturan adat yang mengatur pengelolaan air dan lingkungan. Pepatah lokal “Sian harangani do mual ni aekta, sian aeki do mual ni ngoluta”, yang berarti “Dari hutan sumber air kita, dan dari air pula sumber kehidupan kita,” masih terus dipegang kuat oleh masyarakat hingga kini.
Hukum Adat yang Mengikat Alam dan Manusia
Dalam tradisi Hatabosi, pengelolaan irigasi diatur melalui hukum adat yang telah berlangsung turun-temurun. Setiap penerima air irigasi wajib menyumbangkan dua kaleng beras setiap tahun. Beras tersebut digunakan untuk membiayai perawatan irigasi dan memberikan upah kepada Panjago Bondar—penjaga irigasi yang bertugas mengawasi saluran air dan menjaga hutan dari ancaman pembalakan liar.
Panjago Bondar, yang terdiri dari 12 perwakilan desa, bekerja di bawah pengawasan Mantari Bondar, pemangku adat yang bertanggung jawab mengelola pengairan dan memastikan kelestarian hutan terjaga. Tradisi ini tidak hanya sebagai aturan adat, tetapi juga mencerminkan filosofi masyarakat Hatabosi yang memahami bahwa keberlanjutan hidup mereka bergantung pada hubungan harmonis dengan alam.
Penghargaan Kalpataru: Pengakuan Terhadap Upaya Konservasi
Pada tahun 2020, Hatabosi menerima penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, sebagai pengakuan atas kontribusi mereka dalam melestarikan lingkungan, termasuk menjaga habitat orangutan Tapanuli di wilayah mereka. Rekomendasi untuk penghargaan ini diajukan oleh FORINA (Forum Orangutan Indonesia) sebagai apresiasi atas dedikasi Hatabosi dalam menjaga hutan secara turun-temurun. Penghargaan ini tidak hanya menjadi bukti pengakuan atas kerja keras Hatabosi, tetapi juga menegaskan bahwa prinsip-prinsip kearifan lokal dapat menjadi solusi yang efektif dalam menghadapi tantangan global terkait pelestarian lingkungan.
Melangkah Menuju Masa Depan yang Lestari
Keberhasilan Hatabosi menjadi inspirasi bagi komunitas lain di Indonesia dan dunia, bahwa dengan kerja sama dan kesadaran kolektif, kita bisa melestarikan alam. Tantangan seperti pembalakan liar, perubahan iklim, dan konversi lahan memang masih ada, tetapi dengan semangat yang dimiliki Hatabosi, masa depan pelestarian lingkungan terlihat lebih cerah.
Komunitas ini menunjukkan bahwa menjaga alam bukanlah tugas pemerintah atau lembaga konservasi semata, melainkan tanggung jawab bersama. Sebagaimana yang mereka lakukan selama berabad-abad, Hatabosi terus berkomitmen menjaga hutan, memastikan air tetap mengalir, dan melindungi kekayaan alam yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Dengan kekuatan adat, semangat kolektif, dan kepemimpinan yang kuat, Hatabosi terus melangkah maju, memberi teladan bahwa upaya konservasi dapat dimulai dari tindakan lokal yang berdampak global. Keberhasilan ini adalah milik mereka, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita semua.
Comments